Artikel

Buku Karut kritik kepercayaan Masyarakat Melayu Tradisional

oleh Asri Yussof pada 27 Mar 2019

Terlalu banyak kepercayaan-kepercayaan karut yang masih membelenggu masyarakat kita hari ini. Antaranya mempercayai kepada azimat dan tangkal, percaya kepada mukjizat-mukjizat yang mengarut, gemarkan peristiwa ajaib dan pelik, berhukum di atas mimpi-mimpi para ulama. Kebanyakan dari semua ini adalah karut.

Buku yang memiliki 14 bab ini banyak membahas sangkaan orang ramai terhadap perkara yang dianggap boleh menjadi penguat keimanan walhal perkara tersebut tidak memiliki sandaran dalam agama.

Kalimat Allah di langit dan di buah-buahan sebagai contoh, ramai terus menganggap itu sebagai tanda-tanda kebesaran Allah. Walhal peristiwa yang sama juga berlaku kepada kepercayaan agama lain juga. Sama juga dengan mereka yang melihat masjid tidak runtuh ketika tsunami membawa maksud Tuhan menjaga rumahnya. Bagaimana pula dengan gereja yang terselamat dari gempa bumi?

Karut! karya Ahmad Iqram Mohamad Noor
Karut! karya Ahmad Iqram Mohamad Noor

Dato’ Dr. Abdul Basit Abdul Rahman ketika menulis pegantar untuk buku ini berkata, buku ini tegas menekankan sikap beriman dengan perkara sedemikian adalah sikap beragama yang tidak sihat. Iqram juga mengkritik buku Al-Fathun Nawa karya Dr. HALO N yang penuh kesesatan dan menyanggahi metod ahli tafsir muktabar.

Apabila ditanya tentang isu berkaitan agama, kita mesti pernah dengan ayat-ayat seperti ini. Atau mungkin kita juga pernah menyebutnya?

“Saya rasa”

“Saya percaya”

“Saya dengan daripada orang”

“Saya ikut nenek moyang”

Iqram membawa dalil dari Surah Yunus, ayat 36

“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun berguna bagi mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”

Adakah amalan agama kita benar atau kita hanya mengikut apa yang orang-orang lama sudah lakukan?

Selamat membaca!

Hakcipta Terpelihara • PTS Media Group Sdn Bhd (173482-A) © 2000 - 2024