Mungkin kita serupa, sedang berjuang melawan semua anasir-anasir jahat dalam fikiran kita. Dengan alasan "aku mampu melawannya", kita sering memaksa diri untuk menjadi siapa pun yang orang lain minta.
Satu-satunya yang mampu dipeluk, hanyalah diri sendiri. Ketika semua begitu melelahkan, ada kalanya menjadi diri sendiri di kamar dan bersendirian, itu begitu melegakan. Aku malu menunjukkan sisi lainku yang ini, kerana ini adalah bahagian diriku yang paling lemah, yang air matanya tidak ingin diketahui oleh siapapun. Satu-satunya temanku menangis malam ini adalah kaktus. Aku pamerkan ia di sudut meja belajarku, yang kini menjadi meja kerjaku.
Dan sekarang kita semakin membesar, kita mengharungi begitu banyak ruang dan waktu. Sudah terlalu banyak kesedihan yang kita tukarkan dengan memaksa diri untuk bekerja sehingga lewat petang. Berharap malam nanti, kita mampu tertidur, bukan dengan lelap, tapi dengan lelah.
Seperti kaktus, bertahanlah sekuat-kuatnya. Ketika tidak ada orang langsung yang mempedulikan makna hidupnya, kaktus memilih untuk menyembunyikan bunganya yang paling indah untuk mekar dalam satu malam sahaja. Kerana bagi kaktus, tidak semua proses perlu dipamerkan atau diraikan seperti mawar, dan ia juga tidak menuntut untuk dihormati seperti melati.
Kata Pengantar . . . vii
Penghargaan . . . ix
Prolog . . . x
BAB 01
Kita adalah Kaktus . . . 1
BAB 02
Tentang Hidup . . . 13
BAB 03
Tentang Arah . . . 23
BAB 04
Tentang Kesepian . . . 39
BAB 05
Tentang si Cantik yang Selalu Diraikan . . . 53
BAB 06
Tentang Kita yang Tidak Dicintai . . . 69
BAB 07
Tentang Kita yang Tidak Dibanggakan . . . 81
BAB 08
Tentang Merindui Diriku yang Dahulu . . . 93
BAB 09
Tentang Kekusutan . . . 103
BAB 10
Tentang Kosong . . . 117
BAB 11
Tentang Badainya . . . 125
BAB 12
Tentang Bertahan . . . 139
BAB 13
Terima Ya. Terimalah Semuanya . . . 151
BAB KHAS
Selepas Perang Tamat . . . 159
Tentang Penulis . . . 173